Orientasi
Meski
tidak menghasilkan banyak karya, nama beliau sangat dikenal orang dalam sastra
Indonesia modern periode 20-an. Hal tersebut karena karya beliau yang pertama
kali diterbitkan oleh Balai Pustaka. Merari Siregar Namanya. Ia dikenal sebagai
sastrawan di bidang roman. Karyanya yang paling dikenal sampai sekarang yakni
Roman Azab dan Sengsara yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pada 1920.
Urutan
Peristiwa
Pengarang ini lahir di Sipirok
(Sumatera Utara) pada 13 Juni 1896. Masa kecil dilalui penulis berdarah Batak
ini di kampung halamannya. OIeh karena itu, sikap, perbuatan, dan jiwanya amat
dipengaruhi oleh kehidupan masyarakat Sipirok. Saat itu, ia kerap menjumpai
kepincangan-kepincangan khususnya mengenai adat, salah satunya kawin paksa.
Merari
pernah bersekolah di Kweekschool Gunung Sahari Jakarta. Pada 1923, Merari
memperoleh ijazah Handelscorrespondent Bond A di Jakarta. Sekolah itu didirikan
oleh vereeniging tot van Oost en West, yang pada masa itu merupakan organisasi
yang aktif memperakiekkan politik etis Belanda.
Setelah lulus sekolah, ia bekerja
sebagai guru bantu di Medan. Kemudian dia pindah ke Jakarta dan bekerja sebagai
pegawai tata usaha di Rumah Sakit Umum Jakarta (sekarang Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo). Setelah itu, ia bekerja di Opium end Zouregie dan tinggal di
Kalianget, Madura sampai akhir hayatnya.
Azab dan Sengsara, sebagai karya asli
pertama yang diterbitkan Balai Pustaka, berkisah tentang penderitaan Mariamin
yang tidak kesampaian menikah dengan saudara sepupunya sendiri yang dicintainya
bernama Aminuddin. Hal tersebut karena Mariamin dari keluarga miskin meski
awalnya kaya raya. Setelah itu Mariamin menikah dengan Kasibun yang ternyata
sudah beristri dan berpenyakit kelamin. Akhir cerita, Mariamin meninggal karena
tersiksa batinnya.
Selain Azab dan Sengsara, ada tiga
karya lain buatan Merari Siregar yakni Si Jamin dan Si Johan (Roman saduran, mengadaptasi
"Jan Smees" buah karya Justus van Maurik, terbit 1918), Cerita
tentang Busuk dan Wanginya Kota Betawi (1924), Cinta dan Hawa Nafsu (roman),
dan Binasa karena Gadis Priangan (Roman, terbit 1931).
Merari Siregar wafat di Kalianget,
Madura, Jawa Timur pada 23 April 1941. Ia meninggalkan tiga orang anak, yaitu
Florentinus Hasajangu MS, Suzanna Tiurna Siregar, dan Theodorus Mulia Siregar.
Reorientasi
Roman berjudul Azab dan Sengsara
menempatkannya sebagai pelopor prosa Indonesia Modern. Lewat roman yang
bercerita tentang kawin paksa terbitan Balai Pustaka tahun 1920 itu, ia ingin
mengubah pola pikir masyarakat yang sudah tak sejalan dengan perkembangan
zaman.
Mohon pada amin blog ini untuk koreksi bahwa foto yang digunakan untuk pengarang Merari Siregar ini adalah salah.
ReplyDeleteItu adalah foto politikus Senu Abdul Rahman. Bisa dicek disni: https://ms.wikipedia.org/wiki/Senu_Abdul_Rahman