Buku
ini diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1934. Buku karya Aman Datuk M ini
isinya menceritakan kehidupan seorang gadis bernama Fatimah yang telah
mencintai seorang pemuda bernama Didong. Fatimah adalah putra orang kaya namun berhati lembut sedangkan Didong adalah anak orang miskin namun dikenal santun dan baik.
Ayah
Fatimah, Sutan Pandeka, mengundang pemuda bangsawan bernama Sutan Ajis untuk
bertamu. Sutan Ajis yang sifat serakahnya tak jauh berbeda dengan Sutan
Pandeka, menyambut baik maksud perjodohan tersebut hingga frekuensi bertamu ke
rumah Sutan Pandeka lebih intense.
Konflik
dimulai saat Sutan Ajis mengajak Fatimah dan ayahnya ke Pariaman untuk
mengunjungi arak-arakan 10 Muharram. Di perjalanan, Fatimah melihat Didong lalu
memanggilnya. Didong pun segera menyusul bendi yang membawa Fatimah menggunakan
sepeda. Sekuat tenaga ia mengayuh sepeda hingga akhirnya berhasil juga menemukan
Fatimah. Akan tetapi, sesampainya di tempat, Sutan Ajis ketahuan ingin merampas
harga diri Fatimah. Didong yang marah memukulnya hingga Sutan Ajis cedera.
Sutan Ajis tak mau terima, ia pun mengadukan Didong ke polisi lantas Didong
dipenjara.
Peristiwa
itu meninggalkan bekas di hati Fatimah dan keluarga Sutan Ajis. Fatimah sakit
parah dan orang tua Sutan Ajis tidak mau menerima Fatimah sebagai menantu.
Akhirnya
karena sedihnya, Fatimah meninggal. Sepeninggal Fatimah, Didong menjadi gila
dan Sutan Pandeka menjadi orang yang kurang waras.
sumber: Buku sastra Masa Kebangkitan, Soekono Wirjosoedarmo, 1989
sumber: Buku sastra Masa Kebangkitan, Soekono Wirjosoedarmo, 1989
No comments:
Post a Comment