Orientasi
Inilah
Bapak Sastra Melayu. Pada masa beliau pula ditandai oleh para ahli sejarah
sastra sebagai masa sastra peralihan ±1800 - ±1908 Masehi. Mengapa demikian?
Karena era 1908 – sekarang dikenal sebagai era sastra baru/modern. Beliau
bernama Abdullah bin Abdulkadir Munsyi (Munshi), seorang sastrawan Melayu.
Urutan
Peristiwa
Abdullah bin Abdulkadir Munsyi lahir
Kampung Pali, Malaka pada 1796. Abdullah merupakan peranakan Arab dan Tamil,
namun dibesarkan di tengah budaya Melayu di Melaka. Pada usia sebelas tahun, ia
sudah bisa mendapatkan upah hasil pekerjaannya menyalin teks Al Quran. Tiga
tahun kemudian, berkat didikan orangtuanya yang keras dalam bidang agama dan
pengetahuan umum, ia bekerja sebagai guru bahasa. Pada awalnya dia mengajarkan
bahasa Melayu kepada tentara keturunan India di garnisun Melaka, dan kemudian
kepada para misionaris, pegawai dan pebisnis Britania dan Amerika Serikat.
Abdullah dikenal menguasai bahasa
Inggris, Jawa, Tamil, India, Arab dan Melayu. Karena itu pula, Dia pernah
bekerja untuk Thomas Stamford Raffles sebagai juru tulis, menerjemahkan Injil
serta teks agama Kristen lainnya untuk London Missionary Society di Malaka, dan
menjadi pencetak untuk American Board of Missions di Singapura.
Abdullah
terkenal karena menulis hikayat-hikayat yang bersifat realistis dan
kontemporer. Beliau dianggap seorang pemikir yang melampaui abadnya. Nama
beliau lebih dihormati di singapura karena salah satu orang yang menandai
singapura atau mencatat pertama kali. Beberapa karya beliau juga diabadikan di
museum nasional Singapura. Salah satu yakni Hikayat
Abdullah yang ditulis dalam huruf Jawi, dari koleksi perpustakaan nasional
Singapura. Edisi ini ditulis antara 1840-1843, menggunakan cetakan batu, dan
diterbitkan tahun 1849.
Beberapa
karya Abdullah antara lain Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdulkadir Munsyi dari
Singapura sampai ke Kelantan, Hikayat Abdullah, Kisah Pelayaran Abdullah dari
Singapura sampai ke Mekah, Syair Singapura Terbakar, Syair Kampung Gelam
Terbakar, Ceretera Kapal Asap, dan Ceretera Haji Sabar Ali. Beliau juga pernah
menerjemahkan beberapa buku diantaranya Hikayat Panca Tanderan dan Sejarah
Melayu (edisi Abdullah).
Abdullah
meninggal di Jedah/Mekkah, Arab Saudi pada Oktober 1854, kemungkinan karena penyakit
kolera, pada saat hendak menjalankan ibadah haji. Beliau telah meninggalkan
pemikiran dan karya yang mampu memperbarui sastra di masanya.
Reorientasi
Abdullah
adalah sosok yang mampu membawa perubahan pada bahasa Melayu – yang merupakan
cikal bakal bahasa Indonesia. Salah satu pemikiran beliau, yang bisa jadi
mengilhami kemerdekaan bangsa rumpun melayu yakni, adalah dengan mengatakan
bahwa bangsa melayu adalah sebuah komunitas yang mempunyai hak untuk terlibat
dalam menentukan format politik Melayu, bukan komunitas yang berada di bawah
sistem politik dan berbagai ideologi kerajaan.
No comments:
Post a Comment