Pagi pagi saat aku setelah melihat
mentari yang tak kunjung terbit,melati yang mengejek wajahku,dan semua hewan
hewan yang mungkin membicarakan diriku. Aku memang seorang yang mungkin tidak
punya mata batin,semua telah ku korbankan.Hanya demi seorang lelaki pembual
brengsek yang pernah kutemui,semua telah kuberikan,karena dia meminta bukti
ketulusan cinta.Ketulusan cinta yang membuat dunia ini terasa buta.
Saat itu
aku yang terlena oleh dirinya,sesosok laki laki yang mengatakan akan cinta
kepadaku,dan akan mencintaiku lebih dari cinta yang diberikan oleh orang tuaku
sejak kecil. Aku yang buta akan semuanya pada saat itu,saat dia benar benar
hadir dan meracuni hidupku. Tak sadar aku telah begitu jauh dari agama,mungkin
saja malaikat akan tertawa kalau saja sekarang aku bedoa untuk memohon
ampunan,atas dosaku yang terlalu besar.Mungkin juga tuhan enggan menerima aku
kembali.Al quran dan sajadah yang hampir tak pernah aku sentuh saat aku terlalu
memikirkan nafsu ini.Bahkan nama lelaki brengsek yang sering ku sebut,bukan
nama tuhan.Aku sungguh menyesali kenapa ini harus terjadi.
Terlalu indah kenangan yang
terukir,terlalu dalam dosa yang kubuat,terlalu dalam juga sakit hati yang
kupendam,dan terlalu …terlalu…terlalu durhaka diriku ini.Semua yang kulakukan
ini,adalah contoh buruk dari kehidupan seorang remaja. Ku yang setiap malam
tidak tenang karena merasa dikejar kejar oleh dosa – dosa.Dosa yang telah
kuperbuat.
Entah siapa diriku sekarang,aku
tidak bisa mengenalinya.Mungkin juga aku bukan stevani yang dahulu.Padahal aku
adalah siswi lulusan pondok terkenal disalah satu pesantren di negeri ini.Semua
pendidikan di pesantren telah kulakukan tetapi aku telah meleset jauh dari
itu.Karena perbuatanku ayahku menghembuskan nafas terakhirnya.Aku yang tak
sempat melihat ayah saat dia berpakaian putih-putih saat dia dipanggil yang
maha kuasa,tak kubayangkan betapa dosanya aku pada mereka.Padahal orang tuaku
bekerja sangat keras supaya aku bisa menjadi anak yang selamat dunia dan
akhirat,karena aku hanyalah anak tunggal dari seorang keluarga penjual Koran di
stasiun. Mereka rela hanya memakan lauk seadanya demi menyekolahkan aku untuk
ke jenjang setingi tingginya.Tetapi aku membalas kebaikan mereka dengan cara
ini.Bagai air susu dibalas dengan air tuba.
Mengingat akan kisahku
bersamanya,yang menurut hati nurani memang salah,tetapi menurut nafsu itu
sangat indah.Tetapi hanya keindahan sesaat bukan keindahan abadi.Karena setiap
hari membolos sekolah untuk menghabiskan waktu dengan dirinya,dan tak pernah
puas melakukan kebejatan itu.Tak dapat kupungkiri bahwa semua ini salah,seorang
lelaki yang kukira akan menjagaku dan mencintaiku yang ternyata malah
mendustaiku sampai sekarang.Dia lelaki pembual berengsek yang menghancurkan
cita-cita dan impianku saat ini.Aku teringat saat Bunda yang waktu itu bertanya
cita citaku dan aku menjawab “ Stevani ingin jadi dokter suatu saat nanti
bunda..”dan bunda pun tersenyum saat itu.Entah kemana Bunda sekarang.Aku tak
tahu kemana bundaku,sejak aku bersama seorang lelaki itu.Bahkan saat aku
bersama lelaki itu,aku tak pernah memikirkan keluargaku,saat ini aku menyesal
kenapa harus meninggalkan mereka,padahal mereka adalah orang yang membesarkan
aku,mendidik aku sebelum terjerumus ke dalam lembah pintu neraka ini.
Lelaki itu mengajak aku menjauh dari
kebenaran hidup ini,kenyataan hidup ini.Dia telah meraut semuanya dariku,mulai
dari pacar pertama,ciuman pertama,bahkan keperawananku yang telah dia
renggut.Dia malah tidak pernah bertanggung jawab atas semua kelakuannya.Padahal
dia pernah bilang akan bertanggung jawab atas semua ini,dan aku juga bodoh
sekali,sangat bodoh sekali.Aku mau menjadi begitu karena dia meminta padaku
untuk membuktikan berapa,betapa besarnya cintaku padanya.Tetapi sekarang dia
malah pergi dengan perempuan yang lain.Apa yang dia harapkan padaku?..Cintaku
atau cuman menikmati tubuhku ini. Aku teringat puisi –puisi yang telah kubuat
untukmu yang meracuniku.
mata udah terlanjur dibutakan….
telinga pun tersumbat erat
menghalangi sebongkah kata dari sahabat…
hanya hasrat,ilusi dalam hati…..
tanpa adanya logika yg
mengimbangi……
tanpa arah nan pasti..terjerembab
dalam lubang yang sama..…
sakit yang terasa kian membiru…..
mencoba bangkit dengan sisa
tenaga…..
meredam sakit yang kian terasa…..
mencoba merenungi tabir hidup
yang telah terlampaui dengan pasti…..
meraih asa mengubur mimpi…..
ingin ku terbang tinggi dan jauh
pergi…..
tinggalkan harap dan mimpi…..
tinggalkan engkau sang pemain
hati…..
Semua ini bukan hanya gara gara lelaki
berengsek itu,melainkan juga diriku yang terlalu mudah percaya dan bergaul
dengan lingkungan yang salah.Andai saat itu aku tidak terjerumus dalam
lingkungan rusak tersebut,mungkin aku tidak akan seperti ini.Semua ini tidak
akan terjadi jika aku bergaul dengan lingkungan yang baik. Tetapi apa boleh buat jika semua ini telah
terjadi dan aku telah terlanjur menjadi kotor,bahkan mengalahkan kotoran hewan
hewan yang berserakan dijalan.Aku sungguh malu kepada makhluk hidup lainnya dan
tuhan.
Bahkan sekarang aku pun cuman duduk
termenung menjadi seorang yang tidak punya harga diri.Seperti mawar yang
kusentuh akan seketika layu,karena kelakuanku ini. Kulihat semua ini menjadi
realita hidupku sekarang. Aku ingin kembali menempuh jalan kebenaran,mungkin
suatu saat tuhan akan mengampuninya dan memberikan jalan buat aku untuk
bertobat.Aku ingin hidup di daerah yang baik baik dan mencoba mengubah hidupku
ini.Memang berubah ke arah kebaikan itu sulit,tidak semudah membalikkan telapak
tangan atau tak semudah mengucap kata kata cinta yang penuh dengan omong
kosong.Aku ingin bertemu bundaku lagi,bunda yang mungkin selalu merindukan aku
dan aku juga rindu padanya.Aku ingin menceritakan semua akan keinginanku untuk
kembali menuju jalan kebenaran,walau sulit bagiku.Tetapi aku tidak dapat
menjamin kalau saja bunda dapat menerima ku dalam keadaan yang sekarang,mungkin
suatu keajaiban besar jika bunda masih menerimanya. Tetapi suatu keyakinan
dalam diriku sekarang adalah jika ingin berubah pasti ada jalan,meskipun ku tak
akan mudah untuk menjalaninya tapi aku harus yakinkan bahwa diriku akan bisa
menjalaninya semua ini.Semoga jalan kan selalu terbuka untukku.
No comments:
Post a Comment