Matahari
mengembangkan senyum terbaiknya untuk semesta di pagi hari. Entah kenapa aku
sangat menyukai kehadirannya, ia memberikan semangat baru kepada dunia.
Matahari memperlihatkan padaku bahwa hidup ini selalu bahagia dan tidak akan
ada kesedihan.
Namaku Rifdah Kamila. Panggilan
akrabku Lala. Aku punya seorang sahabat, namanya Tommy Rahardian. Biasa
dipanggil Tommy.
Seperti biasa, kulangkahkan kakiku
bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi. Setelah aku selesai merapikan diri,
aku menuju meja makan untuk sarapan. Disana sudah tersedia seiris roti lengkap
dengan selai kacang diatasnya beserta segelas susu hangat buatan ibuku.
“ Lala... Tommy sudah datang. Cepat berangkat
sekolah !!! “ Teriak ibu dari luar rumah
“ Iya bu.. bentar “ Sahutku sambil
menghabiskan roti di tangan
Kamipun
berangkat ke Sekolah berboncengan mengendarai sepeda matic milik Tommy.
Disepanjang jalan aku tak pernah berhenti berbicara, kuceritakan berbagai hal
padanya. Ia hanya merespon ceritaku dengan kata “ehm” , “ya” atau sesekali
dengan anggukan. Tommy memang orangnya cuek, bahkan kadang tak peduli dengan
hal-hal yang terjadi disekitarnya. Prinsipnya, kalau itu gak ada hubungannya
sama dia berarti itu bukan urusan dia.
Kita
selalu kemana-mana berdua mulai dari berangakat sekolah, jalan-jalan , les, ke
kantin, bahkan satu tempat duduk. Wajar aja sih.. rumah kita deket, orang tua
kita kenal akrab, dan dari kecil kita selalu bareng. Tak jarang banyak yang
mengira kita berdua pacaran.
Sesampainya
di sekolah, kita langsung menuju ke kelas, soalnya belum ngerjain pr. Kita
kelas XII MIA 2. 15 menit kemudian bel masuk berbunyi dan tandanya pelajaran
akan dimulai. Semenjak kelas XII kita disibukkan dengan beragam bimbel, mulai
dari bimbel yang diadakan di Sekolah hingga bimbel yang kita ikuti sendiri di
Rumah. Kita punya impian yang sudah harus ditata dan dipersiapkan sejak
sekarang. Tommy ingin melanjutkan pendidikannya di Institut Teknologi Bandung
(ITB), sedangkan aku di Universitas Airlangga (UNAIR).
Teddd... bunyi nyaring bel istirahat
terdengar. Aku dan Tommy segera menuju kantin, karena di jam istirahat pertama
biasanya kantin penuh dan harus berdesak-desakan dengan siswa lain untuk
memesan makanan. Kantin masih lenggang tak begitu banyak terlihat siswa, palingan
hanya siswa yang kabur dari kelas dari tadi karena jamkos atau pelajaran guru
killer. Kita segera memesan makanan. Setelah pesanan kita datang, kita langsung
melahapnya. Entah kenapa aku memperhatikan Tommy yang sedari tadi makan soto
ayam. Tanpa terasa bibirku senyum-senyum sendiri dan perasaan aneh mulai
bermunculan. Namun dengan sigap kutampis perasaan aneh itu dan kuyakinkan
diriku sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa-biasa saja.
***
Semakin
hari perasaan yang awalnya kuanggap biasa-biasa saja kini berubah menjadi
sesuatu hal yang luar biasa. Aku bingung dengan diriku saat ini, apa yang
tengah aku lakukan? Apakah istilah “ jika seorang perempuan berteman dengan
laki-laki, mustahil jika tidak adanya rasa cinta yang ditimbulkan “ memang benar?
Dan apakah saat ini aku juga terjebak pada hal itu?
Mungkin
cinta itu timbul karena terbiasa. Terbiasa dekat, terbiasa ada, terbiasa
bersama, dan terbiasa saling menyapa. Sulit untukku menolak kehadirannya karena
cinta itu bening, tanpa kita sadari perlahan tapi pasti ia sudah menjalar
menguasai diri kita.
Aku
tidak mungkin mengungkapkan perasaan ini pada Tommy, karena aku takut
persahabatan ini hancur dan penyebab kehancurannya adalah aku. Biarlah rasa ini
kusimpan, hingga waktu sendiri yang akan menjawabnya. Apakah rasa ini hilang
atau malah tumbuh semakin besar.
UNBK
tinggal hitungan hari, aku dan Tommy benar-benar serius mempersiapkannya.
Hampir semua buku latihan UNBK telah kita pelajari. Kita juga rajin mengikuti
seminar-seminar SNMPTN atau SBMPTN. Tak lupa kita selalu berdoa agar diberi
kemudahan dalam segala hal.
UNBKpun
berlangsung. Aku dan Tommy bisa mengerjakan semua soal dengan teliti dan
cermat. Semua usaha telah kita maksimalkan dan tinggal menunggu hasil yang
memuaskan. Ingat aja bahwa usaha gak akan menghianati hasil.
Hari ini siswa sudah sibuk dan heboh
mondar-mandir di Sekolah untuk menanti kabar kelulusannya. Ada yang sibuk
ngobrol, ada yang sibuk do’a, ada yang sibuk foto-foto, ada juga yang sibuk
nyari info terbaru tentang kelulusan. Tak berapa lama terlihat beberapa siswa
berlari berhamburan menuju mading sekolah, aku dan Tommypun mengikuti mereka.
Tommy berusaha menerobos siswa-siswa yang sedang melihat pengumuman. Tiba-tiba
Tommy berlari menghampiriku dan mengatakan bahwa kita lulus. Aku hanya bisa
diam sambil tersenyum. Aku bahagia dengan hasil yang kuperoleh, ternyata
usahaku selama ini tidak sia-sia. Tapi aku juga merasa sedih, karena ini
artinya aku dan Tommy akan berpisah. Bukankah disetiap pertemuan pasti ada
perpisahan? Perpisahan memanglah hal yang menyakitkan, tapi kita harus bisa
menyikapinya dengan hati yang lapang.
***
Hari
ini Tommy mengajakku makan es krim di Taman kota sekalian ngobrol-ngobrol
tentang masa kecil kita dulu, karena sebentar lagi kita bakalan sibuk sama
urusan kita masing-masing. Kita juga bakalan jarang dan mungkin hampir gak akan
pernah buat jalan-jalan bareng atau sekedar buat kekonyolan bareng lagi. Tommy
bilang mau ngasih aku kejutan sebelum dia berangkat ke Bandung buat kuliah.
Ternyata kejutan itu menyakitkan dan gak seperti yang aku harapkan.
Kejutannya
adalah pacar baru Tommy. Aku gak tau kalau selama ini Tommy udah punya pacar
baru lagi, mungkin aku terlalu sibuk buat nutupin perasaanku hingga aku gak mau
tau tentang kisah cinta Tommy. Aku lupa bahwa waktu terus berjalan dan Tommy
juga akan terus bergerak. Tommy bukan ponsel yang kemana-mana selalu kubawa.
Tommy juga bukan patung yang hanya bisa diam memperhatikan sekitar.
Aku tidak mau menyalahkan Tommy
untuk kejadian ini, karena sejatinya ini salahku. Tommy tidak tahu perasaanku dan
aku tidak berusaha untuk mengungkapkannya. Tommy berusaha meraih tanganku dan
menjabatkannya pada Suci, pacarnya.
“ Lala, kenalan
dong! Bengong aja dari tadi. Iya gue tau kok kalo suci itu cantik.” Ucap Tommy sambil
tertawa
“ Ehm..ehm..iya
Suci cantik kok “ Sahutku dengan spontan
“ Kamu juga cantik
kok la, Tommy sering cerita banyak tentang kamu. Kapan-kapan kita main bareng
yuk! “ Sahut Suci dengan ramah
Aku hanya bisa tersenyum menyahuti
ucapan Suci. Tapi bukankah yang selalu bersama belum tentu jodohnya? Hanya
kalimat itu yang terlintas di pikiranku. Aku masih terus berharap sama Tommy.
Aku tidak akan mengganggu dan mengusik hubungannya dengan Suci. Aku disini
hanya akan menunggu dengan perasaan yang sama. Apa ada yang salah dengan
harapan ini? Setiap orang berhak berharapkan?
***
Matahari yang awalnya kulihat
tersenyum lebar, kini terlihat menyilaukan sinarnya. Aku baru menyadari bahwa
sekuat apapun seseorang pasti ada rasa sakit atau kecewa yang disembunyikan.
Kini kucoba jalani hari-hariku tanpa kehadiran Tommy. Tidak ada gunanya
menangisi orang yang tidak mempedulikan kita, coba kasihanilah hati kita
sendiri. Hati kita terlalu berharga untuk itu semua. Kalau dia
lebih banyak bikin kamu sedih dibandingkan bahagia, maka jauhilah dia.
Hidup terlalu singkat untuk dihabiskan dengan orang yang salah.- Raditya Dika.
Hari ini adalah hari pertamaku
kuliah. Bangga rasanya bisa kuliah di Universitas yang aku impikan. Aku akan
memulai lembaran baru dalam hidupku, tanpa ada bayangan masa lalu, tanpa ada
beban, yang tersisa hanyalah senyuman dan semangat yang baru. Tanpa sengaja
tadi pagi aku melihat seorang cewek dengan pakaian yang terbilang kuno di area
sekitar kampus. Ia memakai gamis panjang hingga menjulur ke lantai, khimar
lebar, dan flatshoes beserta kaos kaki. Aku terus memperhatikan gerak-geriknya.
Tiba-tiba ia menghampiriku.
“ Lala.. wah.. kamu
kuliah disini juga ternyata “ sapaan hangat dari bibirnya.
Dia mengenaliku? Aku mencoba
mengingat-ingat wajahnya. Ternyata ia adalah Vira, teman SMP ku. Penampilannya
sudah berubah total. Beda sekali saat aku mengenalnya dulu. Dulu ia masih suka
memakai celana pendek maupun rok pendek saat main bareng temen-temen, tapi
sekarang semuanya tertutup. Sekarang ia bahkan tak mau bersentuhan dengan yang
bukan mahromnya, padahal dulu ia sering gandengan tangan sama pacarnya. Aku tak
menyangka dengan perubahan Vira, hanya kata Masya Allah yang terlintas di
hatiku.
Aku seneng banget karena aku bisa
ketemu temen lamaku. Menyenangkannya lagi, kita satu jurusan. Hal itu membuat kita
sering menghabiskan waktu bersama, sehingga akupun punya banyak kesempatan
untuk menanyakan tentang perubahan yang terjadi padanya. Dengan senang hati
Vira mau berbagi ceritanya padaku. Ternyata Vira hijrah sejak pertengahan kelas
2 SMA. Ia seperti ini karena seorang sahabat yang banyak mengajarinya tentang
arti sebuah kehidupan. Vira sebenarnya tak begitu peduli dengan islam, ia hanya
ingin hidup sewajarnya orang biasa. Tapi, sahabatnya sering mengajak Vira ke
seminar-seminar islam dan menunjukkan betapa luar biasanya Islam dengan segala
ilmu pengetahuannya. Ia bahkan sempat bertanya kepada sahabatnya, kenapa ia
menutup aurat? Lalu dengan santai sahabatnya menjawab bahwa menutup aurat
adalah murni perintah Allah, wajib bagi semua wanita muslim yang telah baligh.
“ Bukannya jilbab
itu kuno ya? “ tanya Vira penasaran
“ Kuno? Kuno itu
kalo kita buka-bukaan, karena dulu manusia awalnya tanpa pakaian. Justru kalo
kita tertutup itu artinya kita masuk zaman yang lebih maju.” Ucap sahabat Vira
Vira hanya bisa terdiam mendengar
jawaban sahabatnya, karena kalau dipikir-pikir ucapan sahabat Vira ada
benarnya. Namun yang membuat Vira mantab memutuskan untuk berhijrah adalah saat
sahabat Vira menunjukkan berbagai ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan Ilmu
pengetahuan dan Sains, salah satu diantaranya Qs. Al-isra’ Ayat 44 yang artinya
“ Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada
Allah. Dan tak ada sesuatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi
kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Penyantun lagi Maha Pengampun. “ Ternyata ayat tersebut benar. Sebuah majalah
sains terkenal, Journal of Plant Molecular Biologies mengungkapkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh tim ilmuwan asal Amerika serikat tentang suara
ultrasonik yang berasal dari tumbuhan. Penelitian yang dipimpin oleh Prof.
William Brown ini merekam dan menyimpan suara ultrasonik dari tumbuhan dan
mengubahnya menjadi gelombang elektrik optik yan dapat ditampilkan di layar
monitor dalam bentuk rangkaian garis. Yang
membuat takjub adalah garis-garis tersebut membentuk lafadz Allah yang kemudian
diketahui sebagai kalimat tasbih. Vira yang baru mengetahui itu semua langsung meneteskan air mata.
Ia terharu karena ternyata Islam adalah agama yang cerdas dan bisa dibuktikan
kebenarannya.
Aku termenung setelah mendengar hal
yang baru saja kutahu. Ternyata Islam itu modern, jauh lebih modern dari yang
aku bayangkan. Tiba-tiba Vira membuyarkan lamunanku. Ia ingin pamit pulang.
Sesampainya di Rumah aku masih
terbayang dengan omongan Vira, bahwa Jilbab itu gak kuno tapi malah buat kita
lebih modern. Akupun mencoba membongakar-bongkar isi lemari untuk mencari
kerudung yang kupunya. Kupadu-padankan bajuku agar bisa diserasikan dengan
kerudung di depan cermin, karena jujur aku tak punya gamis.
***
Keesokan harinya
aku keluar rumah dengan menutup aurat. Ibuku tak heran dengan kelakuanku, justru mendukung sikap yang kulakukan dan
memujiku lebih cantik dari biasanya. Ibuku memang sudah lama menginginkanku
untuk menutup aurat, tapi aku tak pernah peduli dan menggubris omongannya.
Aku bertemu dengan Vira. Seperti
biasa ia menyambutku dengan senyuman khas di bibirnya, tapi kali ini ia langsung
memelukku.
“ Masyaalah... kamu
cantik banget la hari ini, pasti bidadari surga iri sama kamu “ ucap Vira
sambil meneteskan air mata.
“ Makasih ya, udah
ngubah pandanganku tentang Islam “ ucapku kepada Vira
Setelah aku menutup aurat, aku lebih
sering mengikuti pengajian dan diskusi tentang Islam. Aku juga kini tergabung
dalam Rohis. Memang, aku belum bisa sepenuhnya seperti Vira yang menutup aurat
dengan total. Aku masih pakai celana yang kupadukan dengan baju lengan panjang
atau sesekali dengan cardigan. Kerudungku juga masih pendek, tidak seperti Vira
yang sudah pakai khimar. Tapi Vira tak menyalahkanku, justru ia malah
menyemagatiku dan memotivasiku. Vira sadar dan paham betul bahwa hijrah butuh
proses dan proses setiap orang itu berbeda-beda. Ia selalu merangkulku agar aku
tidak jatuh dan tetap istiqomah. Rasanya indah sekali mempunyai sahabat seperti
Vira.
Belajar tentang
Islam membuatku lupa dengan Tommy. Tapi hal itu tidak bertahan lama, karena
tiba-tiba Tommy muncul kembali di kehidupanku.
Telponku berdering, ternyata itu
adalah panggilan dari Tommy. Tommy ingin mengajakku keluar untuk jalan-jalan
karena ia sedang libur kuliah. Aku setuju dengan ajakannya. Tommy kaget dengan
penampilanku yang memakai kerudung, namun ia lebih senang dengan penampilanku
saat ini karena setidaknya ia tak khawatir lagi aku akan diganggu cowok. Aku
bingung dengan maksud omongan Tommy. Mungkinkah ia khwatir karena aku
sahabatnya atau karena hal lain?
Kita berhenti untuk
makan di sebuah kafe tempat biasa kita main dulu. Disitu Tommy mengungkapkan
perasaannya selama ini denganku. Ia mengatakan bahwa ia menyukaiku. Ia juga tau
bahwa aku juga menyukainya, makanya ia mengatakan bahwa Suci adalah pacarnya.
Padahal semua itu bohong. Itu hanya rencana Tommy agar aku tidak menyukainya
pada saat itu. Tommy tidak ingin pacaran denganku karena ia takut berpisah dan
merusak persahabatanku dengannya. Ia ingin kita sama-sama menunggu, sama-sama
sukses dalam berkarir dulu, baru kemudian sama-sama menyukai. Ia juga
mengatakan bahwa kelak pada waktunya Tommy ingin aku dan dia kembali masih
dengan perasaan yang sama dan di tempat yang sama pula.
Jujur, aku senang
sekali pada saat itu. Tidak ada lagi perasaan takut, kecewa, sedih, berharap,
maupun penyesalan. Tapi yang nampak di depan mataku hanyalah yakin, serius,
usaha, dan keberhasilan. Kita sama-sama saling mendoakan untuk yang terbaik. Dan
kini ku tau bahwa cinta itu sama-sama berjuang, tak saling mencari tapi saling
menemukan. (riska)
No comments:
Post a Comment