Pagi telah datang, awan
biru mulai berjalan. Terlihat mentari mulai menampakan cahayanya dari ufuk
timur. Rindu mulai berjalan dari gerimis yang menghadang. Tepian jalan terlihat
seakan kesepian. Sungai-sungai mulai mengalirkan derasanya air yang jernih.
Burung-burung masih bernyanyi dengan kicauannya yang merdu.
Pagi yang tak bersahabat
ini membuatku tak ingin pergi kesekolah, mendung dan awan yang gelap mulai
melambaikan senyumannya untuk menandakan bahwa hujan akan turun. Terasa dingin
mulai merasuk dalam tulang rusukku, dan tak ada selimut yang bisa menghapus
dingin yang sangat membuatku mengigil.
Terlihat juga bukuku masih
berantakan di atas meja, layaknya musim kemarau yang membuat dedaunan jatuh
berserakan. Mungkin karena semalam aku sibuk belajar sampai larut. Hingga lupa
untuk merapikan bukuku terlebih dahulu.
Detik-detik jam
dinding juga masih berbunyi dari tembok
kamarku. Menandakan mulai pukul 06.00, rasa malas untuk segera bangkit dari
tempat tidurku harus ku hilangkan. Karena aku harus segera bergegas untuk
menuju sekolah ku tercinta.
Sekolah yang terletak dari
sebrang jalan yang sangat ramai itu adalah sekolah yang sangat favorit. Bisa
juga disebut SMKN 1 Cerme. Sekolah yang ku tempati saat ini memang sekolah yang
banyak mengajarkanku tentang hidup, dan sekolah yang banyak mengajarkanku
tentang sebuah tantangan.
Ilmu pengetahuan juga
selalu kudapat dari guru-guru yang mempunyai berbagai macam karakter. Dari guru yang sangat galak dan guru yang tak
peduli dengan siswa atau juga guru yang suku membimbing siswa dengan ikhlas.
Semua itu menjadi
pelajaran bagi hidupku kelak, karena aku harus menjalani hidup yang lebih
panjang dan lebih sulit. Tanpa sesosok ibu disampingku. Ibuku meninggal sejak
aku masih duduk dibangku SD kelas 6, dan ayahku pergi entah kemana.
Saat itu aku sangat marah
kepada ayah, aku tak mau lagi menganggapnya sebagai sesosok ayah yang baik
buatku. Dia bukan ayahku, aku begitu karena sikapnya yang selalu menjadikanku
pelampiasan kemarahannya. Dia selalu memukuliku dengan kayu atau dengan apa
saja yang dipegang tangannya.
Memang sejak ibu meninggal
ayah sangat berubah, ia bukan ayah yang ku kenal dulu. Ayah yang selalu
menjadikanku anak semata wayangnya. Dan kini aku harus hidup sendiri bersama om
dan tanteku. Aku masih bersyukur karena mereka masih menyayangiku dan
menganggapku sebagai anak kandung mereka. Setidaknya aku masih merasakan kasih
sayang orang tua yang sangat tulus. Tapi di sisi lain aku juga ingin tinggal
bersama ayah kandungku, tapi ayah sama sekali tak mengerti bagaimana
perasaanku.
Aku harus kuat dan harus
membuktikan bahwa aku bisa jadi orang hebat kelak. tekad yang selalu hadir
dalam setiap hariku. Tapi aku juga tak yakin apa aku bisa mewujudkan
cita-citaku. Aku juga bukan anak yang pandai di sekolah, dan aku juga tak bisa
melakukan suatu hal yang membawa prestasi.
Kemampuanku hanya biasa
tak sebanding kemampuan teman-teman sekelasku. Apalagi dengan kelas lain,
sangat jauh. Aku terkadang malu dan takut untuk menghadapi suatu hal yang amat
mengerikan bagi hidupku. Seperti sedang tersesat di sebuah hutan dan akan
dimakan seekor harimau yang sangat ganas.
Atau akan dibantai
habis-habisan oleh orang yang suka menculik anak remaja untuk diperkoasa
setelah itu dibunuh tanpa sedikit rasa kasih yang ada. Sungguh sangat
mengerikan jika melihat realita hidup yang amat menyakitkan.
Dan juga melihat
penculikan anak-anak kecil yang tak berdosa selalu berlalu-lalang dijalan. Anak
yang masih membutuhkan orang tua dan tak mengerti apa-apa dengan teganya
diculik untuk dijadikan sebuah tumbal pesugihan. Sungguh kriminalitas saat ini
sangat merajalela.
Sering ku membayangkan
jika aku menjadi seorang presiden aku ingin membuat kebijakan untuk mencegah
kriminalitas dan demo-demo yang tak jelas. Aku juga ingin menciptakan sebuah
lingkungan yang bersih. Tapi itu hanya sebuah khayalan dan imajinasiku yang tak
akan mungkin bisa terwujud.
Pukul 06.45 mulai terlihat
sejenak dari mataku, aku harus pergi kesekolah dan tidak sibuk untuk
melayang-layang dalam dunia khayalanku. Segera ku kayuh sepedaku dengan sekuat
tenaga, layaknya pembalap yang akan mengikuti sebuah ajang kompetisi yang
membalap sepeda satu dengan sepeda lainnya, tanpa tertinggal sebuah beban
dihatinya sedikitpun.
Terlihat dari sebrang
jalan, gerbang sekolahku akan segera ditutup. Segera ku bergegeas dan menambah
tenagaku agar segera sampai di depan gerbang.
“Huftttt,,,, pak tunggu jangan ditutup gerbangnya” rintihku dengan nafas
yang tersengal-sengal.
“Kamu ini kerjaannya selalu telat” ujar satpam sekolahku
“Haduh bapak ini gimana, saya dirumah banyak tugas. Bapak sendiri juga
kadang telat” ucapku, sambil menunduk tertawa.
“Sudah-sudah, cepat masuk”
“Oke bos, thank you”
Segera ku taruh sepedaku
di tempat parkir dan aku segera menuju kekelas. aku segera duduk dan mengambnil
sebotol air mineral dari dalam tasku. Terasa sangat lelah diriku.mungkin besok
aku harus berangakt subuh sehingga tidak telat seperti ini.
“Assalamualaikum,,,,,selamat pagi semua” ucap guru matematika ku, sembari
menggandeng seorang anak laki-laki.
“Waalaikumsalam,,,, pagi juga Bu” sahut semua siswa
“Sekarang dikelas kalian akan ada siswa baru, silahkan perkenalkan dirimu”
perintah Bu Dini, agar anak baru itu memperkenalkan dirinya.
“Namaku Randy Saputra, biasanya aku dipanggil Randy. Aku adalah murid
pindahan dari sekolah SMK Kartini. Senang bertemu dan bergabung dengan kalian.
“Ya sudah, sekarang kamu silahkan duduk di bangku yang kosong itu”
“Baik Bu”
Apa dibangku kosong
berarti disampingku. Gerutuku dalam hati.
“Kenalin aku Randy, kamu Tasya ya” ujar Randy
“Sok tahu” ucapku ketus
“Tuh buktinya ada nama dibaju kamu”
“Oh iya”
“Jangan cuek gitu donk, kita kan sekarang jadi teman”
“Terserah aku, kenapa kamu yang sewot. Uda nggak usah ganggu aku, aku mau
fokus kepelajaran”
“All right”
…………………………
“Tasya, kerjakan soal dipapan itu. Ayo cepat kamu ke depan” ujar Bu Dini
yang membuatku kaget.
Gimana nih, aku kan tadi nggak mendengarkan materinya. Gara-gara si cowok
resek itu. Gerutuku dalam hati.
“Baik Bu”
Dengan langkah yang percaya
diri, akhirnya aku maju ke depan dan mengerjakan soal yang ada di papan tulis.
Tapi apa daya karena aku tak mendengarkan sekarang aku tak bisa mengerjakan
soal ini. Bu Dini sangat marah gara-gara aku tak mendengarkan dan disuruh maju
tidak bisa, dan lebih malunya aku di tolong oleh cowok yang nyebelin itu. Ia
yang mengerjakan soal yang di berikan Bu Dini tadi. “Pandai juga”. Pikirku
“Kamu harus banyak belajar kepada Randy, dan ingat kalo saya menerangkan,
kamu itu harus mendengarkan. Bukan nggak mendengarkan tapi disuruh maju nggak
bisa” marah Bu Dini kepadaku.
“Iya bu, saya akan belajar kepada Randy” kataku.
Tetttttttttttttttttttttttttttt…………………..
Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi, sekarang aku harus
cepat pulang dan menghindar dari cowok resek itu.
Awwwwwwwwwwwwww……….. sakit…… kakiku terpeleset. Dan rasanya aku tak bisa
berdiri.
“Mau aku tolong” ujar Randy sambil memegang tanganku dan membantuku untuk
berdiri.
“Aku antarkan kamu pulang ya, apa kamu pulang dulu ke rumahku. Biar aku
bisa mengobati kakimu itu”
Hanya anggukan kepala yang
ku berikan, karena tak kuat menahan sakit dikakiku. Mungkin kakiku ini kesleo.
Tapi aku tak menyangka cowok yang super nyebelin ini ternyata perhatian juga,
dia sebenrnya sangat baik. Aku salah menganggapnya sebagai cowok yang resek.
Randy akhirnya memboncengku dengan sepeda motornya untuk kerumahnya. Entah apa
yang ku rasakan, kenapa hatiku menjadi aneh saat ia perhatian kepadaku dan
memboncengku. Aku tak mungkin jatuh cinta kepadanya. Aku baru mengenalinya.
“Sudah sampai, ayo masuk” ajak Randy
“Kok cepet” tanyaku bingung.
“Habis kamu dari tadi, melamun melulu” kata Randy.
Aku segera masuk dan
dipersilahkan untuk duduk. Rumah Randy cukup besar, tampaknya ia anak orang
yang sangat kaya. Mungkin ayahnya adalah seorang pengusaha yang sangat sukses.
Karena terlihat dari desain rumahnya yang cukup unik dan bagus.
“Ini obatnya aku obtain ya”
“Iya”
“Nah uda selesai, gimana masih sakit nggak”
“Agak lumayan sih”
“Oh iya rumah kamu kok sepi banget, memangnya orang tua kamu kemana”
tanyaku.
“orang tuaku sekarang di Singapura buat melanjutkan bisnisnya, aku cuma
tinggal dengan pembantuku dan dengan tukang kebun yang selalu merawatku dari
kecil” jelas Randy.
“Kamu anak tunggal ya”
“Iya, oh iya ngomong-ngomong aku minta maaf. Gara-gara aku tadi kamu jadi
kena marah Bu Dini”
“Nggak apa kok, sekarang kita jadi teman aja”
Akhirnya sekarang aku
punya teman yang baik banget, aku bahgia. Tapi mungkin ini bukan perasaan
sebagai seorang sahabat, jujur aku kagum sama dia, dan mungkin aku suka sama
dia. Haduh apa-apan sih ini, kenapa aku berpikir yang enggak-enggak.
“Randy sayang” teriak salah seorang cewek dari depan pintu rumah Randy.
“Iya sayang” jawab Randy.
Oh tuhan, baru aku suka
sama Randy. Tapi ternyata cewek itu pacarnya Randy. Betapa hancurmya
perasaanku, aku yang mulai tumbuh sebuah benih cinta dan saat ini harus
terpanah dengan api cinta yang sangat menusuk hatiku.
“Ran aku pulang” ucapku dan langsung berlari keluar.
Aku sangat marah kenapa
aku bisa suka sama Randy, dia aja sama sekali tak suka padaku. Kenapa aku harus
seperti ini. Guyuran hujan kini telah membasahi tubuhku. Aku terus berlari dan
menangis tanpa tahu arah yang saat ini aku melangkah. Randy terlihat
mengerjarku, tapi aku tak peduli. Aku marah padanya. Kenapa ia tak bilang kalau
ia sudah punya pacar. Aku sangat marah.
………Bruakkkkkkkkkkk…………….
“Randyyyyyyyyyyyyyyyyy” jeritku dan berlari kearahnya.
Randy bangun, maafkan aku.
Aku tak menyangka gara-gara kamu mengejarku sekarang kamu harus tertabarak oleh
sebuah mobil yang melaju kencang. Segera ku lihat detak jantung Randy, ternayta
detak jantungnya berhenti. Oh tuhan, semua ini salahku, kenapa aku
membiarkannya mengejarku.
Terlihat sebuah kotak
kecil yang tergeletak diatas tangan Randy. Ternayta kotak kecil itu untukku.
Aku segera memasukan kotak itu kedalam tasku. Dan membawa Randy ke rumahnya.
Akhirnya jasad Randy selesai di mahkamkan. Dan orang tuanya juga pulang untuk
mengikuti pemakhaman jasadnya.
Aku segera berlari ke
rumah dan menuju ke kamar. Segera ku buka kotak kecil itu. Ternyata sebuah
kotak musik yang sangat lucu, berbentuk hati. Dan sebuah surat yang sangat
indah.
Seorang putri yang selalu hadir disetiap malamku
Seorang putri yang sangat cantik membuatku terpaku
Purti yang cantik ini kini ada dalam realita hidupku
Aku sangat menyayanginya
Aku sangat
sayang kamu Tasya, sejak kamu selalu hadir di setiap mimpiku. Aku menulis surat
ini saat aku duduk disebelahmu. Sejak saat itu aku menyukaimu. Dan cewek tadi
itu adalah sepupuku, memang kami selalu memanggil dengan sebutan “sayang”. Tapi
sayang sebagai saudara. Dan di saat aku telah pergi, aku minta kamu jangan
menyesal dan menyalahkan dirimu. Karena ini memang sudah takdirku.
Kota musik ini
juga akan selalu menemanimu ketika kamu sedang sedih. Kotak musik yang berbentuk
hati ini adalah sebuah hatiku yang ku serahkan padamu. Yang akan menemani dan
menjagamu di setiap waktu. Kalau kamu rindu kepadaku, dengarkan saja alunan
melodi dari kotak musik ini. Aku sangat menyayangimu.
…………………………………
Randy aku juga sayang sama
kamu, semoga kamu disurga sana bahagia. Aku akan selalu merindukanmu. Maafkan
aku…… Kamu adalah bintang hidupku. Dan terima kasih karena sudah memberiku
sekotak kasih.
No comments:
Post a Comment