Sunday, November 13, 2016

Sinopsis Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai) – Marah Rusli


Buku ini diterbitkan pertama kali oleh Balai Pustaka pada tahun 1922. Buku ini berhasil menempatkan diri sebagai puncak roman di antara roman-roman lain yang dianggap orang sebagai puncak roman dalam Sastra Indonesia Modern.
Penilaian itu tidak didasarkan pada temanya, tetapi berdasarkan pemakaian bahasa dan gayanya yang tersendiri. Karena terkenalnya sampai-sampai zaman itu dinamai zaman Siti Nurbaya. Selain itu, karya Marah Rusli ini berhasil pula merebut hadiah tahunan dalam bidang sastra, yang diberikan oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1969.
Buku bersejaran ini menceritakan kehidupan Siti Nurbaya dan Samsulbahri, yang sejak kecil tinggal berdekatan rumah dan menjadi teman sekolah. Setelah meningkat remaja, keduanya saling mencintai dan mendapat restu dari kedua orang tua mereka. Samsulbahri kemudian melanjutkan pelajarannya ke Sekolah Dokter Jawa di Jakarta.
Baginda Sulaiman, ayah Siti Nurbaya, karena jatuh dalam perdagangannya, terpaksa meminjam uang kepada Datuk Maringgih, seorang orang tua yang kaya dan kikir. Karena tidak dapat melunasi utangnya, Siti Nurbaya terpaksa mau menikah dengan Datuk Maringgih
Pada suatu hari ketika Samsulbahri dalam liburan kembali ke Padang, dia dapat bertemu empat mata dengan Siti Nurbaya yang telah resmi menjadi isteri Datuk Maringih. Pertemuan rahasia itu diketahui oleh Datuk Maringgih sehingga terjadi keributan. Mendengar itu, ayah Samsullbahri yang kebetulan menjadi penghulu kota Padang pada waktu itu, merasa malu atas perbuatan anaknya. Maka diusirlah Samsulbahri dan tidak diakui anak.
Samsulbahri kemudian kembali ke Jakarta, Sedangkan Siti Nurbaya sejak kejadian itu secara sembunyi sembunyi menyusul pergi ke Jakarta. Tetapi niatnya itu kemudian diketahui oleh kaki tangan Datuk Maringgih. Karena itu dengan siasat dan fitnahnya, Datuk Maringgih dengan bantuan kaki tangannya berhasil pula memaksa Siti Nurbaya kembali ke Padang dengan perantaraan polisi.
Tak lama kemudian Siti Nurbaya meninggal karena makan lemang beracun yang sengaja dijajakan oleh kaki tangan Datuk Maringgih, Kematian Siti Nurbaya itu terdengar oleh Samsulbahri sehingga ia menjadi putus asa dan mencoba melakukan bunuh diri; tetapi mujurlah ia tidak meninggal. Sejak itu Samsulbahri berhenti bersekolah dan memasuki dinas militer.
Beberapa tahun kemudian di Padang terjadi kerusuhan, karena rakyat menolak membayar pajak yang dipaksakan oleh pemerintah jajahan. Untuk memadamkan pemberontakan itu, pemerintah Hinda Belanda mendatangkan pasukan dari Jawa. Dalam pertempuran itu, Datuk Maringgih yang mendalangi pemberontakan tersebut berjumpa dengan Samsulbahri yang pada waktu itu dengan pangkat dan nama Letnan Mas ditugasi memadamkan pemberontakan tersebut. Dalam pertempuran itu Datuk Maringgih kena tembakan pestol Letnan Mas, tetapi sebelum ia meninggal masih sempat mengayunkan parangnya dan mengenai diri Letnan Mas, sehingga terpaksa diangkut dan dirawat di rumah sakit.

Letnan Mas minta kepada dokter yang merawatnya agar dipanggilkan penghulu kota Padang yang bernama Sutan Mahmud Syah. Ketika Sutan Mahmud Syah mengunjunginya, Letnan Mas menceritakan riwayatnya sampai menghembuskan nafas yang penghabisan. Ketika Letnan Mas meninggal, barulah Sutan Mahmud Syah tahu bahwa orang yang dihadapinya berbicara dan telah meninggal itu tidak lain adalah anaknya sendiri yang bernama Samsulbahri. Karena sesal dan sedihnya, maka meninggallah pula Sutan Mahmud Syah beberapa hari kemudian.
sumber: Buku sastra Masa Kebangkitan, Soekono Wirjosoedarmo, 1989

No comments:

Post a Comment