Saturday, November 12, 2016

Merari Siregar

Orientasi
Meski tidak menghasilkan banyak karya, nama beliau sangat dikenal orang dalam sastra Indonesia modern periode 20-an. Hal tersebut karena karya beliau yang pertama kali diterbitkan oleh Balai Pustaka. Merari Siregar Namanya. Ia dikenal sebagai sastrawan di bidang roman. Karyanya yang paling dikenal sampai sekarang yakni Roman Azab dan Sengsara yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pada 1920.


Urutan Peristiwa
            Pengarang ini lahir di Sipirok (Sumatera Utara) pada 13 Juni 1896. Masa kecil dilalui penulis berdarah Batak ini di kampung halamannya. OIeh karena itu, sikap, perbuatan, dan jiwanya amat dipengaruhi oleh kehidupan masyarakat Sipirok. Saat itu, ia kerap menjumpai kepincangan-kepincangan khususnya mengenai adat, salah satunya kawin paksa.
Merari pernah bersekolah di Kweekschool Gunung Sahari Jakarta. Pada 1923, Merari memperoleh ijazah Handelscorrespondent Bond A di Jakarta. Sekolah itu didirikan oleh vereeniging tot van Oost en West, yang pada masa itu merupakan organisasi yang aktif memperakiekkan politik etis Belanda.
            Setelah lulus sekolah, ia bekerja sebagai guru bantu di Medan. Kemudian dia pindah ke Jakarta dan bekerja sebagai pegawai tata usaha di Rumah Sakit Umum Jakarta (sekarang Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo). Setelah itu, ia bekerja di Opium end Zouregie dan tinggal di Kalianget, Madura sampai akhir hayatnya.
            Azab dan Sengsara, sebagai karya asli pertama yang diterbitkan Balai Pustaka, berkisah tentang penderitaan Mariamin yang tidak kesampaian menikah dengan saudara sepupunya sendiri yang dicintainya bernama Aminuddin. Hal tersebut karena Mariamin dari keluarga miskin meski awalnya kaya raya. Setelah itu Mariamin menikah dengan Kasibun yang ternyata sudah beristri dan berpenyakit kelamin. Akhir cerita, Mariamin meninggal karena tersiksa batinnya.
            Selain Azab dan Sengsara, ada tiga karya lain buatan Merari Siregar yakni Si Jamin dan Si Johan (Roman saduran, mengadaptasi "Jan Smees" buah karya Justus van Maurik, terbit 1918), Cerita tentang Busuk dan Wanginya Kota Betawi (1924), Cinta dan Hawa Nafsu (roman), dan Binasa karena Gadis Priangan (Roman, terbit 1931).
            Merari Siregar wafat di Kalianget, Madura, Jawa Timur pada 23 April 1941. Ia meninggalkan tiga orang anak, yaitu Florentinus Hasajangu MS, Suzanna Tiurna Siregar, dan Theodorus Mulia Siregar.
Reorientasi
            Roman berjudul Azab dan Sengsara menempatkannya sebagai pelopor prosa Indonesia Modern. Lewat roman yang bercerita tentang kawin paksa terbitan Balai Pustaka tahun 1920 itu, ia ingin mengubah pola pikir masyarakat yang sudah tak sejalan dengan perkembangan zaman.


1 comment:

  1. Mohon pada amin blog ini untuk koreksi bahwa foto yang digunakan untuk pengarang Merari Siregar ini adalah salah.
    Itu adalah foto politikus Senu Abdul Rahman. Bisa dicek disni: https://ms.wikipedia.org/wiki/Senu_Abdul_Rahman

    ReplyDelete