Saturday, November 12, 2016

Abdullah Bin Abdulkadir Munsyi

Orientasi
Inilah Bapak Sastra Melayu. Pada masa beliau pula ditandai oleh para ahli sejarah sastra sebagai masa sastra peralihan ±1800 - ±1908 Masehi. Mengapa demikian? Karena era 1908 – sekarang dikenal sebagai era sastra baru/modern. Beliau bernama Abdullah bin Abdulkadir Munsyi (Munshi), seorang sastrawan Melayu.


Urutan Peristiwa
            Abdullah bin Abdulkadir Munsyi lahir Kampung Pali, Malaka pada 1796. Abdullah merupakan peranakan Arab dan Tamil, namun dibesarkan di tengah budaya Melayu di Melaka. Pada usia sebelas tahun, ia sudah bisa mendapatkan upah hasil pekerjaannya menyalin teks Al Quran. Tiga tahun kemudian, berkat didikan orangtuanya yang keras dalam bidang agama dan pengetahuan umum, ia bekerja sebagai guru bahasa. Pada awalnya dia mengajarkan bahasa Melayu kepada tentara keturunan India di garnisun Melaka, dan kemudian kepada para misionaris, pegawai dan pebisnis Britania dan Amerika Serikat.
            Abdullah dikenal menguasai bahasa Inggris, Jawa, Tamil, India, Arab dan Melayu. Karena itu pula, Dia pernah bekerja untuk Thomas Stamford Raffles sebagai juru tulis, menerjemahkan Injil serta teks agama Kristen lainnya untuk London Missionary Society di Malaka, dan menjadi pencetak untuk American Board of Missions di Singapura.
Abdullah terkenal karena menulis hikayat-hikayat yang bersifat realistis dan kontemporer. Beliau dianggap seorang pemikir yang melampaui abadnya. Nama beliau lebih dihormati di singapura karena salah satu orang yang menandai singapura atau mencatat pertama kali. Beberapa karya beliau juga diabadikan di museum nasional Singapura. Salah satu yakni  Hikayat Abdullah yang ditulis dalam huruf Jawi, dari koleksi perpustakaan nasional Singapura. Edisi ini ditulis antara 1840-1843, menggunakan cetakan batu, dan diterbitkan tahun 1849.
Beberapa karya Abdullah antara lain Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdulkadir Munsyi dari Singapura sampai ke Kelantan, Hikayat Abdullah, Kisah Pelayaran Abdullah dari Singapura sampai ke Mekah, Syair Singapura Terbakar, Syair Kampung Gelam Terbakar, Ceretera Kapal Asap, dan Ceretera Haji Sabar Ali. Beliau juga pernah menerjemahkan beberapa buku diantaranya Hikayat Panca Tanderan dan Sejarah Melayu (edisi Abdullah).
Abdullah meninggal di Jedah/Mekkah, Arab Saudi pada Oktober 1854, kemungkinan karena penyakit kolera, pada saat hendak menjalankan ibadah haji. Beliau telah meninggalkan pemikiran dan karya yang mampu memperbarui sastra di masanya.
Reorientasi
Abdullah adalah sosok yang mampu membawa perubahan pada bahasa Melayu – yang merupakan cikal bakal bahasa Indonesia. Salah satu pemikiran beliau, yang bisa jadi mengilhami kemerdekaan bangsa rumpun melayu yakni, adalah dengan mengatakan bahwa bangsa melayu adalah sebuah komunitas yang mempunyai hak untuk terlibat dalam menentukan format politik Melayu, bukan komunitas yang berada di bawah sistem politik dan berbagai ideologi kerajaan.




            

No comments:

Post a Comment