Wednesday, November 16, 2016

Cerpen: Sekotak Kasih


            Pagi telah datang, awan biru mulai berjalan. Terlihat mentari mulai menampakan cahayanya dari ufuk timur. Rindu mulai berjalan dari gerimis yang menghadang. Tepian jalan terlihat seakan kesepian. Sungai-sungai mulai mengalirkan derasanya air yang jernih. Burung-burung masih bernyanyi dengan kicauannya yang merdu.

            Pagi yang tak bersahabat ini membuatku tak ingin pergi kesekolah, mendung dan awan yang gelap mulai melambaikan senyumannya untuk menandakan bahwa hujan akan turun. Terasa dingin mulai merasuk dalam tulang rusukku, dan tak ada selimut yang bisa menghapus dingin yang sangat membuatku mengigil.
            Terlihat juga bukuku masih berantakan di atas meja, layaknya musim kemarau yang membuat dedaunan jatuh berserakan. Mungkin karena semalam aku sibuk belajar sampai larut. Hingga lupa untuk merapikan bukuku terlebih dahulu.
            Detik-detik jam dinding  juga masih berbunyi dari tembok kamarku. Menandakan mulai pukul 06.00, rasa malas untuk segera bangkit dari tempat tidurku harus ku hilangkan. Karena aku harus segera bergegas untuk menuju sekolah ku tercinta.
            Sekolah yang terletak dari sebrang jalan yang sangat ramai itu adalah sekolah yang sangat favorit. Bisa juga disebut SMKN 1 Cerme. Sekolah yang ku tempati saat ini memang sekolah yang banyak mengajarkanku tentang hidup, dan sekolah yang banyak mengajarkanku tentang sebuah tantangan.
            Ilmu pengetahuan juga selalu kudapat dari guru-guru yang mempunyai berbagai macam karakter.  Dari guru yang sangat galak dan guru yang tak peduli dengan siswa atau juga guru yang suku membimbing siswa dengan ikhlas.
            Semua itu menjadi pelajaran bagi hidupku kelak, karena aku harus menjalani hidup yang lebih panjang dan lebih sulit. Tanpa sesosok ibu disampingku. Ibuku meninggal sejak aku masih duduk dibangku SD kelas 6, dan ayahku pergi entah kemana.
            Saat itu aku sangat marah kepada ayah, aku tak mau lagi menganggapnya sebagai sesosok ayah yang baik buatku. Dia bukan ayahku, aku begitu karena sikapnya yang selalu menjadikanku pelampiasan kemarahannya. Dia selalu memukuliku dengan kayu atau dengan apa saja yang dipegang  tangannya.
            Memang sejak ibu meninggal ayah sangat berubah, ia bukan ayah yang ku kenal dulu. Ayah yang selalu menjadikanku anak semata wayangnya. Dan kini aku harus hidup sendiri bersama om dan tanteku. Aku masih bersyukur karena mereka masih menyayangiku dan menganggapku sebagai anak kandung mereka. Setidaknya aku masih merasakan kasih sayang orang tua yang sangat tulus. Tapi di sisi lain aku juga ingin tinggal bersama ayah kandungku, tapi ayah sama sekali tak mengerti bagaimana perasaanku.
            Aku harus kuat dan harus membuktikan bahwa aku bisa jadi orang hebat kelak. tekad yang selalu hadir dalam setiap hariku. Tapi aku juga tak yakin apa aku bisa mewujudkan cita-citaku. Aku juga bukan anak yang pandai di sekolah, dan aku juga tak bisa melakukan suatu hal yang membawa prestasi.
            Kemampuanku hanya biasa tak sebanding kemampuan teman-teman sekelasku. Apalagi dengan kelas lain, sangat jauh. Aku terkadang malu dan takut untuk menghadapi suatu hal yang amat mengerikan bagi hidupku. Seperti sedang tersesat di sebuah hutan dan akan dimakan seekor harimau yang sangat ganas.
            Atau akan dibantai habis-habisan oleh orang yang suka menculik anak remaja untuk diperkoasa setelah itu dibunuh tanpa sedikit rasa kasih yang ada. Sungguh sangat mengerikan jika melihat realita hidup yang amat menyakitkan.
            Dan juga melihat penculikan anak-anak kecil yang tak berdosa selalu berlalu-lalang dijalan. Anak yang masih membutuhkan orang tua dan tak mengerti apa-apa dengan teganya diculik untuk dijadikan sebuah tumbal pesugihan. Sungguh kriminalitas saat ini sangat merajalela.
            Sering ku membayangkan jika aku menjadi seorang presiden aku ingin membuat kebijakan untuk mencegah kriminalitas dan demo-demo yang tak jelas. Aku juga ingin menciptakan sebuah lingkungan yang bersih. Tapi itu hanya sebuah khayalan dan imajinasiku yang tak akan mungkin bisa terwujud.
            Pukul 06.45 mulai terlihat sejenak dari mataku, aku harus pergi kesekolah dan tidak sibuk untuk melayang-layang dalam dunia khayalanku. Segera ku kayuh sepedaku dengan sekuat tenaga, layaknya pembalap yang akan mengikuti sebuah ajang kompetisi yang membalap sepeda satu dengan sepeda lainnya, tanpa tertinggal sebuah beban dihatinya sedikitpun.
            Terlihat dari sebrang jalan, gerbang sekolahku akan segera ditutup. Segera ku bergegeas dan menambah tenagaku agar segera sampai di depan gerbang.
“Huftttt,,,, pak tunggu jangan ditutup gerbangnya” rintihku dengan nafas yang tersengal-sengal.
“Kamu ini kerjaannya selalu telat” ujar satpam sekolahku
“Haduh bapak ini gimana, saya dirumah banyak tugas. Bapak sendiri juga kadang telat” ucapku, sambil menunduk tertawa.
“Sudah-sudah, cepat masuk”
“Oke bos, thank you”
            Segera ku taruh sepedaku di tempat parkir dan aku segera menuju kekelas. aku segera duduk dan mengambnil sebotol air mineral dari dalam tasku. Terasa sangat lelah diriku.mungkin besok aku harus berangakt subuh sehingga tidak telat seperti ini.
“Assalamualaikum,,,,,selamat pagi semua” ucap guru matematika ku, sembari menggandeng seorang anak laki-laki.
“Waalaikumsalam,,,, pagi juga Bu” sahut semua siswa
“Sekarang dikelas kalian akan ada siswa baru, silahkan perkenalkan dirimu” perintah Bu Dini, agar anak baru itu memperkenalkan dirinya.
“Namaku Randy Saputra, biasanya aku dipanggil Randy. Aku adalah murid pindahan dari sekolah SMK Kartini. Senang bertemu dan bergabung dengan kalian.
“Ya sudah, sekarang kamu silahkan duduk di bangku yang kosong itu”
“Baik Bu”
            Apa dibangku kosong berarti disampingku. Gerutuku dalam hati.
“Kenalin aku Randy, kamu Tasya ya” ujar Randy
“Sok tahu” ucapku ketus
“Tuh buktinya ada nama dibaju kamu”
“Oh iya”
“Jangan cuek gitu donk, kita kan sekarang jadi teman”
“Terserah aku, kenapa kamu yang sewot. Uda nggak usah ganggu aku, aku mau fokus kepelajaran”
“All right”
…………………………
“Tasya, kerjakan soal dipapan itu. Ayo cepat kamu ke depan” ujar Bu Dini yang membuatku kaget.
Gimana nih, aku kan tadi nggak mendengarkan materinya. Gara-gara si cowok resek itu. Gerutuku dalam hati.
“Baik Bu”
            Dengan langkah yang percaya diri, akhirnya aku maju ke depan dan mengerjakan soal yang ada di papan tulis. Tapi apa daya karena aku tak mendengarkan sekarang aku tak bisa mengerjakan soal ini. Bu Dini sangat marah gara-gara aku tak mendengarkan dan disuruh maju tidak bisa, dan lebih malunya aku di tolong oleh cowok yang nyebelin itu. Ia yang mengerjakan soal yang di berikan Bu Dini tadi. “Pandai juga”. Pikirku
“Kamu harus banyak belajar kepada Randy, dan ingat kalo saya menerangkan, kamu itu harus mendengarkan. Bukan nggak mendengarkan tapi disuruh maju nggak bisa” marah Bu Dini kepadaku.
“Iya bu, saya akan belajar kepada Randy” kataku.

Tetttttttttttttttttttttttttttt…………………..
           
Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi, sekarang aku harus cepat pulang dan menghindar dari cowok resek itu.
Awwwwwwwwwwwwww……….. sakit…… kakiku terpeleset. Dan rasanya aku tak bisa berdiri.
“Mau aku tolong” ujar Randy sambil memegang tanganku dan membantuku untuk berdiri.
“Aku antarkan kamu pulang ya, apa kamu pulang dulu ke rumahku. Biar aku bisa mengobati kakimu itu”
            Hanya anggukan kepala yang ku berikan, karena tak kuat menahan sakit dikakiku. Mungkin kakiku ini kesleo. Tapi aku tak menyangka cowok yang super nyebelin ini ternyata perhatian juga, dia sebenrnya sangat baik. Aku salah menganggapnya sebagai cowok yang resek. Randy akhirnya memboncengku dengan sepeda motornya untuk kerumahnya. Entah apa yang ku rasakan, kenapa hatiku menjadi aneh saat ia perhatian kepadaku dan memboncengku. Aku tak mungkin jatuh cinta kepadanya. Aku baru mengenalinya.
“Sudah sampai, ayo masuk” ajak Randy
“Kok cepet” tanyaku bingung.
“Habis kamu dari tadi, melamun melulu” kata Randy.
            Aku segera masuk dan dipersilahkan untuk duduk. Rumah Randy cukup besar, tampaknya ia anak orang yang sangat kaya. Mungkin ayahnya adalah seorang pengusaha yang sangat sukses. Karena terlihat dari desain rumahnya yang cukup unik dan bagus.
“Ini obatnya aku obtain ya”
“Iya”
“Nah uda selesai, gimana masih sakit nggak”
“Agak lumayan sih”
“Oh iya rumah kamu kok sepi banget, memangnya orang tua kamu kemana” tanyaku.
“orang tuaku sekarang di Singapura buat melanjutkan bisnisnya, aku cuma tinggal dengan pembantuku dan dengan tukang kebun yang selalu merawatku dari kecil” jelas Randy.
“Kamu anak tunggal ya”
“Iya, oh iya ngomong-ngomong aku minta maaf. Gara-gara aku tadi kamu jadi kena marah Bu Dini”
“Nggak apa kok, sekarang kita jadi teman aja”
            Akhirnya sekarang aku punya teman yang baik banget, aku bahgia. Tapi mungkin ini bukan perasaan sebagai seorang sahabat, jujur aku kagum sama dia, dan mungkin aku suka sama dia. Haduh apa-apan sih ini, kenapa aku berpikir yang enggak-enggak.
“Randy sayang” teriak salah seorang cewek dari depan pintu rumah Randy.
“Iya sayang” jawab Randy.
            Oh tuhan, baru aku suka sama Randy. Tapi ternyata cewek itu pacarnya Randy. Betapa hancurmya perasaanku, aku yang mulai tumbuh sebuah benih cinta dan saat ini harus terpanah dengan api cinta yang sangat menusuk hatiku.
“Ran aku pulang” ucapku dan langsung berlari keluar.
            Aku sangat marah kenapa aku bisa suka sama Randy, dia aja sama sekali tak suka padaku. Kenapa aku harus seperti ini. Guyuran hujan kini telah membasahi tubuhku. Aku terus berlari dan menangis tanpa tahu arah yang saat ini aku melangkah. Randy terlihat mengerjarku, tapi aku tak peduli. Aku marah padanya. Kenapa ia tak bilang kalau ia sudah punya pacar. Aku sangat marah.
………Bruakkkkkkkkkkk…………….
“Randyyyyyyyyyyyyyyyyy” jeritku dan berlari kearahnya.
            Randy bangun, maafkan aku. Aku tak menyangka gara-gara kamu mengejarku sekarang kamu harus tertabarak oleh sebuah mobil yang melaju kencang. Segera ku lihat detak jantung Randy, ternayta detak jantungnya berhenti. Oh tuhan, semua ini salahku, kenapa aku membiarkannya mengejarku.
            Terlihat sebuah kotak kecil yang tergeletak diatas tangan Randy. Ternayta kotak kecil itu untukku. Aku segera memasukan kotak itu kedalam tasku. Dan membawa Randy ke rumahnya. Akhirnya jasad Randy selesai di mahkamkan. Dan orang tuanya juga pulang untuk mengikuti pemakhaman jasadnya.
            Aku segera berlari ke rumah dan menuju ke kamar. Segera ku buka kotak kecil itu. Ternyata sebuah kotak musik yang sangat lucu, berbentuk hati. Dan sebuah surat yang sangat indah.

Seorang putri yang selalu hadir disetiap malamku
Seorang putri yang sangat cantik membuatku terpaku
Purti yang cantik ini kini ada dalam realita hidupku
Aku sangat menyayanginya

Aku sangat sayang kamu Tasya, sejak kamu selalu hadir di setiap mimpiku. Aku menulis surat ini saat aku duduk disebelahmu. Sejak saat itu aku menyukaimu. Dan cewek tadi itu adalah sepupuku, memang kami selalu memanggil dengan sebutan “sayang”. Tapi sayang sebagai saudara. Dan di saat aku telah pergi, aku minta kamu jangan menyesal dan menyalahkan dirimu. Karena ini memang sudah takdirku.
Kota musik ini juga akan selalu menemanimu ketika kamu sedang sedih. Kotak musik yang berbentuk hati ini adalah sebuah hatiku yang ku serahkan padamu. Yang akan menemani dan menjagamu di setiap waktu. Kalau kamu rindu kepadaku, dengarkan saja alunan melodi dari kotak musik ini. Aku sangat menyayangimu.
…………………………………

            Randy aku juga sayang sama kamu, semoga kamu disurga sana bahagia. Aku akan selalu merindukanmu. Maafkan aku…… Kamu adalah bintang hidupku. Dan terima kasih karena sudah memberiku sekotak kasih.

No comments:

Post a Comment