Wednesday, November 9, 2016

Cerpen: Pena

Matahari telah lelap di ujung sana, malam yang menyapa membuat tiap orang terlelap dengan rasa lelah yang mereka rasakan. Membawa perlahan, dengan lembut ke dunia mimpi. Dimana awan dapat berubah menjadi hitam pekat disaat matahari telah bersinar tepat pada waktunya, dan pelangi dapat berwarna terbalik saat hujan tak lagi turun di gurun harapan yang tandus. Setandus apa? Hanya pemilik mimpilah yang tahu seberapa keringnya hati ini tanpa mahabahNya.


Malam itu aku masih belum tertidur, aku masih bisa menikmati suara jangkrik pinggir rumahku yang sedang berorkestra bersama populasinya. Sedangkan aku? Aku masih sendiri mencari-cari inspirasi sebagai bahan baku utama tugasku untuk majalah sekolah. Dl yang diberikan cukup singkat, hanya 24 × 3 jam. Yah sungguh waktu yang singkat. Jam dinding tepat menunjuk pukul 11 lebih seperempat tapi aku belum mendapat apa-apa,  mengetahui waktu akan berjalan terus tak pernah henti aku pun semakin takut tugasku tak terselesaikan. Tanggal 8, 9 kemudian 10 bulan mei. Aku teringat tentang sesuatu di bulan itu. Melihat agendaku yah benar 15 mei esok tepat ulang tahun Gerald yang ke 17. Seseorang yang terlahir hari itulah yang mengenalkanku kembali tentang dunia imajinasi yang dulu pernah ku tinggalkan. Memberiku pena baru untuk menulis tentang duniaku. Dunia yang sulit di capai oleh indera manusia.
Kau tau, dulu sebelum aku mengenalnya aku pernah bertemu dengan seorang yang berhasil memenangkan hatiku dari orang lain. Dia yang menjadi inspirasiku menulis. Membuatku semakin ingin mengatakan isi hatiku tentang hidup ini lewat pena-pena yang ia berikan. Tapi waktu tak akan selamanya abadi dalam satu situasi. Pena pertamaku telah patah karenanya. Tintanya yang sudah mengering tak bisa lagi untuk di ambil sebagai cap kenang-kenangan. Seperti terkena duri kaktus yang ku tanam sendiri.
Lama-lama.. berjalannya hari membuatku lupa tentang menulis. Imajinasiku hanyalah seperti kepingan keramik kolonial yang tak terbentuk. Lama dan telah usang.
Tapi sejak pertemuan yang membawa Gerald datang mengenalku. Hujan kembali turun dalam dunia ku. Membawa pelangi-pelangi harapan yang baru untuk hidupku. Menyanyikan lagu lagu bahagia pengantar tidur dan menyunggingkan senyum yang manis untuk menyapa sang mentari.
Pena
Yah Gerald telah memberi pena baru dalam duniaku. Hanya dia yang mengerti tentang gulatan resah yang ada dalam bait-baitku.
Dia yang lebih baik dari orang pertama yang memberiku pena. Kau tau kaka pemberi pena pertamaku? Dulu aku pernah menuliskan kisah tentang kita berdua tapi kau mungkin tak pernah membacanya tapi dia yang sekarang memberiku pena baru. Selalu tahu tentang apa yang telah ku tulis. Dia membacanya lebih banyak daripada kamu.
v    

15 mei 2014
Me               : “Happy Birthday Jeje, semoga Tuhan selalu memberimu
kebahagiaan dan sehat selalu. ^_^”
Gerald         :“bahagiaku datang saat kau mau menulis kisah baru
antara aku dan kamu menjadi kita? J

v     

Cinta datang dari saling mengerti, selalu ingin tahu tantang rahasia apa yang akan diciptakan oleh pemilik hati.

Dan aku ingin mengerti rahasia itu apa yang Gerald buat dalam tinta pena pemberiannya. Karena saat ku berbicara cinta. Cinta itu misterius.

No comments:

Post a Comment