Thursday, November 10, 2016

Cerpen: Masa Lalu Bukan Musuh

Flash back ke tiga tahun lalu, saat aku masih duduk di bangku SMP kelas 8. Saat dimana aku pertama kali mengenal seseorang yang bisa dibilang spesial buat aku. Meskipun aku tau, sekarang status kita berbeda dengan dulu. Mungkin cuma dia, satu-satunya kenangan yang nggak pernah jadi musuh. Meski waktu memisahkan kita, tapi kita sepakat untuk tetap berhubungan baik sebagai teman. Dan itu kita buktikan sampai sekarang.


Sekali lagi telingaku harus mendengar ocehan para fans dari anak baru di kelas 9b *termasuk teman-teman ku*. Yeah,, anak baru pindahan pondok pesantren bernama ANGGI. Memang sih anaknya keren, tapi apa harus mereka membicarakan dia setiap saat setiap detik..?
Pernah satu hari saat aku keluar dari ruang guru, aku mendengar seseorang memanggil namaku dari balik jendela kelas “Fadya..” dan saat aku lihat, tenyata Anggi.
“Drr..” getar ponsel ku yang menadakan ada pesan masuk. Dari layar ponsel hanya tertulis nomor tanpa nama, dan saat aku baca isi pesannya, “Hai Fadya,, aku Anggi.” Anggi..? Yea tuhan,,, dari mana dia tahu nomor ponsel ku? Dan untuk apa dia kirim pesan malam-malam begini?
Pesan kakak kelas itu membuat aku tidak fokus di sekolah. Fikiran ku dipenuhi banyak pertanyaan tentang hal itu. Saat semua teman ku sibuk memesan makanan di kantin, aku hanya duduk di depan kantin dengan pandagan kosong berusaha mencerna isi pesan Anggi semalam. Tapi sesaat kemudian, lamunan ku dipecahkan oleh kedatangan seseorang yang dari semalam memenuhi fikiran ku.
“Hei Fadya..” Sapanya lembut dengan senyum tersungging di wajahnya dan melambaikan tangannya di depan wajah ku.
“Ha,, apa..?” Aku terkerjap kaget, tanpa sengaja mata ku memandang lurus ke mata Anggi.
“Kenapa..?”
“Apa..?” Tanya ku bingung.
“Kenapa lihat aku kayak gitu.?”
“Ha,, enggak” Jawab ku dengan berpura-pura mencari objek lain untuk ku pandang. “Ada apa..?” Tanya ku.
“Maksud kamu..?” Sekarang dia yang bingung.
“Ya ngapain kakak kesini..? Aku lagi pengen sendiri, nggak pengen diganggu.”
“Apa..?” Dia ketawa “Aku tuh kesini mau makan. Siapa juga yang mau ganggu kamu. Lain kali tanya dulu.” Kata Anggi dengan senyum terus terpancar di wajahnya dan berlalu pergi ke kantin. Ya Tuhan.. kenapa aku ngmong kayak gitu, PD banget Anggi mau nyamperin aku, emang aku siapa? Haduuh malu banget. Ini pasti gara-gara pesan dia semalam.
***
Bel pulang berbunyi. Semua anak bersiap-siap untuk pulang kecuali aku. Yaa,, karna hari itu adalah jadwal piket ku. Harusnya berdua, karna temen ku sakit, jadi terpaksa aku harus bersihkan semuanya sendirian.
Aku meyapu setiap kolong meja satu persatu. Karna susah di jangkau dengan sapu, aku menundukkan badan ku untuk membersikannya. Dan saat aku berdiri, aku dikejutkan dengan kehadiran Anggi yang sedang menghapus papan tulis.
“Anggi..!” Kata ku dengan nada tinggi karna kaget.
“Hai Fa..” Sapa Anggi.
“Kamu ngapain disini..?” Tanya ku bingung.
“Kenapa..? aku habis selesai piket, pas mau pulang aku lihat kamu sendirian, yaudah aku kesini buat bantuin kamu.” Jawabnya dengan langkah pelan tapi pasti mendekat ke arah ku. “Kamu mau tanya sesuatu ke aku..?”
“Dari mana kakak tau kalau aku punya banyak pertanyaan buat kakak..?”
“Dari mata kamu.” Suasana hening sejenak, kita saling bertatapan beberapa detik.
“Kakak tau nomor ku dari siapa..?” Tanya ku mencairkan suasana.
“Ouch itu,, aku minta ke temen kamu.”
“Apa...?”
“Kenapa..?”
“Nggak papa..!” Jawab ku dan kemudian melanjutkan pekerjaan ku. Kira-kira siapa ya,, hampir semua teman ku mengagumi Anggi. Kok nggak ada yang cerita tentang itu. *Beberapa menit kemudian*
“Ok udah selesai.” Kata Anggi.
“Iya makasih udah bantuin.”
“Hmm, tapi jangan lupa buat balas pesan ku ya..” Aku hanya balas dengan senyum
***
Satu minggu,, dua minggu kemudian  aku dan Anggi terus berkomunikasi. Di sekolah juga semakin dekat. Tapi dari kedekatan itu juga, jadi banyak kakak kelas cewek yang benci sama aku. Banyak yang bilang, hampir semua temen cewek Anggi suka sama Anggi. Tapi ini juga bukan sepenuhnya salah ku, Anggi yang deketin aku duluan. Kenapa cuma aku yang di benci.
Akhirnya tanggal 22 Juni 2013, aku dan Anggi resmi jadian. Banyak kebahagiaan yang aku lewati bersama dia. Dia yang selalu membuat aku tersenyum dalam kondisi apapun. Membuat  aku merasa ada dan berharga. Satu hal yang membuat aku sangat nyaman, dia nggak pernah membiarkan aku sendiri, selalu ada di samping aku. Saat semua pengagumnya menghina dan membenci ku, dia selalu ada untuk ku, *Anggi,, aku bahagia punya kamu*.
***
“Kamu suka jalan sama aku..?” Tanya Anggi.
“Siapa yang nggak suka jalan sama orang yang di sayang.”
“Aku beruntung punya pacar kamu.”
“Aku juga, beruntung banget malah.”
Malam itu menjadi malam terindah buat aku dan Anggi. Tapi malam itu juga menjadi malam terakhir aku bisa jalan bareng sama Anggi. Karna satu minggu setelah malam tu, hubungan ku mulai renggang. Dan yang membuat aku lebih sakit, tiba-tiba Anggi minta putus. Kenapa..? Ada apa..? Aku salah apa..? Pertanyaan yang membuat kepala ku pusing. Hati kecil ku bertanya “Apakah dia selingkuh..?” Tapi fikiran ku menolak akan hal itu. Aku yakin dia setia, dan aku yakin dia masih sayang sama aku, setengah hati ku merasakan itu. Karna dia minta mengakhiri semuanya dengan air mata mengalir di pipinya. Tapi kenapa..? Yea Tuhan.. Aku benar-benar semakin pusing.
***
Dua minggu setelah berakhirnya hubungan ku dengan Anggi, tiba-tiba dia menelfon ku dan mengajak ku ketemu. Sekarang apa yang dia mau. Tiba-tiba minta putus,, tiba-tba minta ketemu. Nanti apalagi..?
“Ada apa..?” Tanya ku tanpa melihat Anggi.
“Kamu marah sama aku..?”
“Nggak,, kamu mau gomong apa..?”
“Aku tau kamu marah sama aku.”
“Kalau kamu Cuma mau ngomongin itu, aku mau pulang.” Jawab ku sambil berdiri ingin pergi.
“Ok,,” Sahut Anggi sambil memegang tangan ku meminta untuk kembali “Aku mau minta maaf  sama kamu.”
“Minta maaf untuk apa..?”
“Untuk hubungan kita.”
“Kita udah nggak ada hubungan apa-apa, jadi aku mohon sama kamu jang...” Belum selesai aku ngmong, Anggi menjawabnya.
“Ya aku tau,, aku tau aku salah. Aku juga terima kalau kamu marah sama aku, tapi kamu harus dengerin penjelasan aku. Aku minta putus dulu, karna aku denger kamu selingkuh sama cowok lain.”
“Apa..?” Aku tersentak kaget dengan ucapan Anggi “Siapa yang bilang..?” Tanya ku sedikit mendesak.
“Ada teman ku yang bilang.”
Ya Tuhan... ternyata fitnah yang membuat aku putus sama Anggi. Aku tau memang banyak yang nggak suka sama hubungan aku, tapi aku nggak nyangka ada yang setega itu.
“Nggi,, asal kamu tau, aku nggak pernah selingkuh, aku setia sama kamu. Aku nggak nyangka ya,, ternyata kamu lebih percaya sama orang lain daripada aku.” Jawab ku dengan menahan tangis.
“Bukan gitu Fa, aku tau kamu setia sama aku. Aku sebenarnya malu buat ketemu sama kamu, tapi aku harus jelasin semuanya sebelum aku lulus. Aku masih sayang sama kamu Fa, tapi aku nggak punya keberanian untuk minta kamu jadi pacar aku lagi. Aku sudah nyakitin kamu.”
“Udah Nggi, kamu nggak perlu merasa bersalah. Mungkin ini memang yang terbaik untuk kita, aku udah ngerti semuanya. Dan aku juga nggak pernah marah sama kamu.”
***
Setelah percakapan hari itu dengan Anggi, kita bertemu lagi saat acara wisuda kelulusan dia. Saat itu aku yang menjadi pembawa acaranya. Setelah selesai acara, Anggi menghampiri ku dan bilang kalau dia akan tetap menganggap ku  dan megingat ku sebagai teman.
“Saat diantara kita sudah punya pasangan masing-masing, jangan pernah lupa dengan komitmen kita. Kita akan selalu ingat satu sama lain, dan akan selalu menjaga pertemanan kita. Bisa kan..?” Ucap Anggi.
“Iya.” Jawab ku lirih dengan senyum menahan air mata menetes.
***
Satu tahun berlalu sudah tanpa Anggi. Semenjak dia lulus, aku sudah tidak pernah mendengar lagi kabar tentang dia. Tapi aku tetap jalani itu semua dengan bahagia. Dan kemudian aku juga lulus dari SMP dan melanjutkan ke sekolah yang baru, dan pilihan ku jatuh ke SMK Negri 1 Cerme. Ternyata di sekolah yang baru, aku bertemu lagi dengan Anggi, dia ada di sekolah yang sama. Aku ggak pernah menyangka akan hal itu. Saat bertemu, ternyata Anggi benar-benar masih mengingat ku. Dan dia tidak melupakan janji saat wisuda dulu.
Sampai sekarang kita masih memegang teguh janji itu. Aku bahagia pernah mengenal Anggi, aku juga nggak pernah menyesali saat hubungan ku berakhir dengan Anggi.
***
Buat kalian yang pernah punya pasangan. Saat ada masalah, selesaikan itu dengan baik. Supaya masa lalu tidak pernah menjadi musuh. Karna bagaimanapun dia pernah mengisi kekosongan hatimu.

Masa lalu itu indah saat semua berakhir dengan indah. Tapi masa lalu juga bisa menjadi menyedihkan, saat semua berakhir dengan kesedihan. Semua tergantung kalian yang menjalani. Jika kalian memilih indah, kalian akan tersenyum saat mengingatnya. Tapi saat kalian memilih menyedihkan, maka kalian akan menangis saat mengingatnya.

No comments:

Post a Comment